Kuncinya bukan hanya uang tapi juga bagaimana mengelolanya. Bareyn mencontohkan gaji sesuai upah minimum regional (UMR) yang dikelola dengan baik dapat menghidupi sampai empat anak.

 

Sebaliknya, gaji ratusan juta bisa saja di akhir bulan mengalami arus kas yang minus. Artinya, penghasilan besar bukan jaminan kesejahteraan, melainkan sedikit atau banyaknya pendapatan, bergantung pada cara mengelolanya.

 

Bareyn menegaskan dalam mengelola keuangan ibu rumah tangga, sebetulnya mudah dan tidak perlu dibuat sulit. Bareyn menjelaskan bahwa rahasianya adalah cara mengelola dengan prinsip “Siap Kaya”.

 

Caranya? ''Susun rencana belanja bulanan, baik besar dan kecil. Setiap bulan, hendaknya rencanakan belanja apa saja yang akan dibeli,'' ujarnya.

 

Rumusnya bisa menerapkan 10, 20, 30, 40. Ini berarti 10 persen untuk dana sosial, 20 persen bagi sesuatu yang bersifat finansial. Kemudian 30 persen membayar utang dan 40 persen memenuhi kebutuhan harian.

 

Dari gaji Rp 5 juta, bisa dikeluarkan Rp 500 ribu untuk dana sosial. Setelah itu Rp 500 ribu untuk investasi dan Rp 500 ribu dana darurat. Kemudian Rp 1,5 juta untuk cicilan motor dan rumah. “Sisanya kebutuhan harian seperti air, dapur, kebersihan, pangan berkualitas. Hiburan jangan dilewatkan karena kesehatan mental juga penting,” lanjut Bareyn.

FREEPIK

Bagaimana jika sudah merencanakan, tapi masih gagal? Menurut Bareyn, kemungkinan ada beberapa sebab, seperti terlalu sering membuka lokapasar. Alhasil, tidak terasa paket pun berdatangan ke kantor atau rumah. Bujet untuk membeli pangan berkualitas pun malah dialokasikan untuk hal lain.

 

Bila anggaran belanja terbilang kecil, coba untuk rutin membawa catatan rencana belanja sesuai kebutuhan keluarga. ''Pastikan ada beras, sayur, telur, susu, dan lainnya. Jika melihat barang menarik, ingat kembali ada atau tidak dalam catatan? Jika tidak ada, sebaiknya jangan dibeli. Penting untuk mengikuti rencana yang sudah dibuat,'' ujar Bareyn.

 

Setelah menyusun rencana, harus pula menentukan mana kebutuhan atau hanya keinginan dari rencana yang sudah dibuat. ''Jika sudah menyusun rencana membeli sesuatu, tapi kemudian digunakan untuk liburan, maka pengeluaran lebih besar dari penghasilan.  Jadi, pilih mana yang penting atau justru memberatkan,'' katanya.

 

Jika biaya liburan ke Bali Rp 5 juta sama dengan penghasilan, maka perlu mengubah rencana liburan, bukan malah memotong biaya membeli kebutuhan harian. “Para ibu juga perlu pintar memilih pangan berkualitas, apakah minuman soda lebih baik dibandingkan susu bergizi?” tambah Bareyn.

 

Tak kalah penting adalah evaluasi dan perhatikan pengeluaran harian. Kita perlu mengecek apakah pengeluaran yang dilakukan sudah sesuai rencana atau belum. ''Di pertengahan bulan, lihat kembali catatan keuangan, apakah sudah sesuai, sudahkah membayar tagihan? Jadi harus dievaluasi berkala,'' kata Bareyn.

 

Tidak lupa Bareyn mengingkatkan pentingnya komunikasi dalam pengelolaan keuangan bersama pasangan. ''Utang pasangan adalah utang bersama, namun yang terpenting jangan lupakan asuransi dan dana darurat karena hal terduga bisa terjadi kapan saja,'' kata dia.

Bila anggaran belanja terbilang kecil, coba untuk rutin membawa catatan rencana belanja sesuai kebutuhan keluarga.

Para ibu bisa memilih opsi menabung atau investasi yang memberikan hasil akhir yang berbeda.

Angel Yulia (22 tahun) kerap diwanti-wanti oleh ibundanya agar belajar mengatur keuangan. ‘’Kata Mama, ini penting saat berumah tangga nanti,’’ ujar perempuan yang baru saja meraih gelar sarjana ekonomi tersebut.

 

Bagi Angel, mengatur keuangan bukan hal baru karena selama ini dia terbiasa membantu usaha orang tuanya di bidang konveksi. ‘’Ditambah lagi karena saya juga kuliah di jurusan keuangan sehingga bisa memahami seluk beluk cara mengatur keuangan yang baik,’’ ujar perempuan yang berdomisili di Tangerang Selatan ini saat dihubungi akhir pekan lalu.

 

Bagi perencana keuangan Bareyn Mochaddin, ada sejumlah langkah pengelolaan keuangan yang dapat dilakukan setiap perempuan. Hal itu mulai dari membuat pos anggaran, menentukan skala prioritas, serta mengevaluasi pengeluaran.

 

Jika keuangan dikelola dengan baik, maka pemenuhan kebutuhan mendasar seperti asupan nutrisi berkualitas bagi keluarga dapat menjadi sebuah keniscayaan. Bareyn juga menyebutkan para ibu bisa memilih opsi menabung atau investasi yang tentunya dapat memberikan hasil akhir yang berbeda.

 

Untuk opsi menabung, sebenarnya bisa dianggap kurang relevan di zaman saat ini. Misalnya, menabung Rp 500 ribu per bulan, bisa terkumpul Rp 60 juta dalam 10 tahun. Sementara untuk opsi investasi, hasilnya bisa mencapai Rp 115 juta per tahun. ''Ibu-ibu tinggal memilih, mau yang biasa-biasa saja atau mendapatkan hasil lebih besar?'' kata dia.

Untuk mereka yang memiliki bisnis, perencana keuangan Bareyn Mochaddin memberikan sejumlah tip jitu mengatur keuangan keluarga.

jess-bailey/unsplash

1. Hindari membaurkan bisnis dan keluarga

Bareyn mengingatkan agar tidak mencampurkan antara keuangan bisnis dan keuangan keluarga.

2. Buat pos rekening yang berbeda.

Para ibu perlu membuat rekening penampungan dan harian. Hasil dari bisnis pekerjaan bisa ditampung di sebuah rekening dan jangan gunakan di rekening penampungan karena bisa jadi tergoda menggunakan uang di rekening tersebut. Hasilnya harus dialirkan ke rekening harian seolah gajian setiap bulan.

3. Gunakan sesuai kebutuhan.

Alirkan dari rekening penampungan ke rekening harian setiap bulannya sesuai kebutuhan, misalnya Rp 2-5 juta. Khusus bagi ibu-ibu yang punya penghasilan selain dua rekening berbeda, pastikan jangan campur uang rumah dan bisnis.

4. Pisahkan ke rekening khusus.

Bareyn menambahkan jika ada modal bisnis Rp 5 juta, pisahkan ke rekening khusus. Hasil penjualannya dimasukkan ke rekening serupa, jangan dicampur karena bisa jadi berantakan.

8. Investasi ilmu.

Investasi lainnya juga seperti ilmu, pelatihan hingga kursus tetap diperlukan. Selain itu, ada pula pertemanan hingga komunitas yang juga masuk dalam investasi. ''Kesehatan, gerak, olahraga, pangan berkualitas adalah investasi yang akan memberi dampak baik ke depannya,'' kata Bareyn.

5. Keuntungan bisnis jangan dipakai keperluan pribadi.

Penghasilan dan omzet jangan digunakan untuk kebutuhan pribadi seluruhnya. Keuntungan Rp 10 juta dapat digunakan kembali untuk memperluas bisnis, membayar karyawan dan sebagainya.

6. Perhitungkan modal dengan matang.

Di awal berbisnis, jangan terlalu jor-joran hanya karena melihat orang lain mendapatkan untung besar. Kalau punya modal 10 juta, sisihkan dulu Rp 5 juta. Baru jika bisnis sudah cukup maju, suntikkan lagi tambahan modal Rp 5 juta.

7. Tetap investasi.

Saat punya uang sisa, jangan langsung dibelanjakan, melainkan diinvestasikan. Apabila di akhir bulan masih ada sisa dana, jangan langsung belanja, tapi dapat dialihkan untuk bisnis, membeli emas, atau reksadana yang merupakan contoh investasi langsung dan tak langsung.

marten bjork/unsplash

top

Perhatikan Ini

Agar Keuangan Keluarga Terjaga